Skip to main content

Doa Tahun Lalu #JejakKesepuluh

Allah menjawab doa kita lewat 3 cara, bisa jadi Ia kabulkan segera, bisa jadi Ia simpan hingga waktu yang tepat untuk dikabulkan, bisa jadi Ia ganti sebagai pemberat amal kita di yaumil akhir. Ketika menunggu saat doa-doa belum dikabulkan, yakinlah bahwa Allah telah menghitung terus doamu. Hingga pada bilangan tertentu Ia akan cukupkan doamu. Dan semakin banyak turus doa dan harapanmu, insya Allah semakin indah hadiah yang Allah beri untukmu. Sesungguhnya Allah tak pernah menyalahi janji.

Tahun lalu aku berdoa semoga Statika dapat nilai A. Namun, aku tidak lulus. Aku dapat C-. 
Sedih. 
Jelas!
Itu saat pertama kalinya aku tidak lulus suatu mata kuliah.
Aku menangis.. 
Menangis...
Kenapa aku tidak lulus?

Semester 5 yang baru saja berlalu aku mengulang Statika, dengan motif balas dendam dan target dapat A.
Masuk kelas bersama beberapa teman yang juga mengulang.
Belajar lagi gaya dalam dan garis pengaruh yang sangat menyenangkan.
Ujian 1
Ujian 2
Ujian 3
dan UAS
Hingga akhirnya aku melihat nilai yang baru saja dipublish, dan aku mendapat A.
Doa yang setahun lalu aku panjatkan dikabulkan hari ini.

Aku tahu kenapa aku tidak lulus Statika tahun lalu. Karena memang aku seharusnya dapat A bukan C-. Tahun lalu itu bukan waktu yang tepat.

Kejadian tahun lalu terulang kembali.
Aku mengulang Anstruk. 
Lagi-lagi mekanika struktur.
Untung bukan mata kuliah lingkungan.
Kali ini aku tidak sesedih tahun lalu. 
Aku tahu seharusnya aku dapat A di Anstruk, lagi-lagi belum waktu yang tepat.

Dan aku pun tahu kalau Allah pasti menjawab doaku. 
Kalau pun tahun depan Allah tidak menjawab doaku dengan cara kedua, Allah akan menjawab doaku dengan cara ketiga.
Tapi aku pun harus berusaha untuk itu.

Sekarang aku tidak terlalu sedih jika aku mengalami sebuah kegagalan.
Mungkin waktunya yang belum pas.
Mungkin juga ada hal yang jauh lebih baik.
Dan jangan lupa untuk selalu berdoa kepada Allah.

Jadi Semangat ya!!

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Itinerary and Budget South Korea Trip [May 2016]

Setelah sepuluh postingan sebelumnya itu menceritakan tentang kejadian apa aja yang terjadi selama perjalanan gw, Nono dan Anita di Korea Selatan pada tanggal 1 – 10 Mei 2016, kali ini gw akan memposting mengenai keseluruhan itinerary kita dan juga budget gw selama traveling kemaren. Sebelum liat itinerary aktual kita pas di Korea Selatan, ini gw kasih liat itinerary yang kita rencanain sebelum berangkat: ( please click and then  open image in new tab  for bigger resolutions ) Rencana Itinerary di Korea Selatan

Goes to Jeju Island #Day3

Pagi itu kita semua baru bangun jam 8. Mungkin efek dari kurang tidur di Malaysia, waktu penerbangan yang lama, dan nyasar menuju N Seoul Tower. Padahal schedule hari itu kita berangkat jam 7 dan jalan-jalan ke daerah Gwanghwamun dan Chenggyecheon Stream. Namun apa ada, kenyataan berkata lain. Akhirnya kita baru rapih sekitar jam 10. Langsung turun ke area dapur untuk sarapan dan check out . Pagi itu sarapannya roti bakar sama Pop Mie! Anita nemu Pop Mie di rak dapur, langsung aja diambil dan dimakan bareng-bareng. Sarapan Pop Mie! [Nono's]   Selesai sarapan, kita check-out dan nitip koper dulu soalnya mau jalan-jalan dulu di sekitar situ. Gw ngusulin untuk ke Stasiun Seoul yang lama dan akhirnya kita jalan ke situ. Sayangnya cuaca lagi kurang bersahabat. Hujan dan angin yang lumayan kencang dan dingin. Sempet nyasar lagi sedikit, tapi akhirnya berhasil juga menemukan Stasiun Seoul lama. 

Beberapa Hambatan Menuju Kebahagiaan

 Menunda Kebanyakan orang tidak berhasil di dunia ini karena selalu menunda-nunda apa yang seharusnya diselesaikan. tampaknya ada suatu suasana "nikmat" dalam penundaan ini, semakin sering menunda sesuatu, semakin terasa kurang bertanggung jawab. Setelah bertumpuk-tumpuk, barulah terasa berat dan kemudian mencari-cari dalih yang membenarkan dirinya. Malas Kemalasan bukanlah warisan. Seorang pemalas melihat pagi hari dengan berbaring di tempat tidur seraya memperhatikan berkas cahaya pagi yang menembus jendela, memperhatikan siang hari dengan keluh kesah bahwa matahari terlalu terik sehingga melelahkan badannya, menatap senja dengan mengatakan bahwa di sumur ada hantu gentayangan. orang yang tekun bekerja menyambut subuh dengan keriangan yang menyibukkan serta merasakan keramahan senja dengan kesibukan yang bermanfaat untuk masa depan. orang malas lebih banyak berlindung di balik selimut dari pada menikmati kehidupan yang sesungguhnya dari berbagai corak, menghindarkan diri

Choices

Everyday I'm kinda stuck in this "choice" thing. It seems just a trivial matter. The choice is about which route should I take to go home? For me, it's not a trivial matter. Why? Let me tell you the background story. In some previous posts, I think I've told you that I have a new job in a consultant. The office located in Ampera Street. This is not a very well known street, so that I just tell everyone that asks that I work in Pejaten. The first route that I took to reach this place is via commuter line to Pasar Minggu Station and then ride the public transportation car no. 36 to Ampera Street. It feels so far from home. It takes 2 hours to go to the office and 2.5 - 3 hours to go back home!! It seriously drives me crazy!! Believes it or not, this route even makes my emotion unstable in the first month of working! Like I've spend too much time on the road! Finally several months later, actually when I got back after my training in Yogyakarta, my cowor