Akhir-akhir ini dunia media sosial lagi marak ngutip gombalannya Dilan
dari film Dilan 1990. Gw pun akhirnya jadi ikut penasaran sama jalan ceritanya.
Sebenarnya udah penasaran dari agak lama dan berniat untuk beli bukunya. Tapi
akhirnya gak pernah jadi kebeli karena emang bukan prioritas. Berhubung
film-nya udah tayang di bioskop dan banyak meme yang bertebaran di media
sosial, akhirnya rasa penasarannya muncul lagi.
Berhubung kemaren ada acara tuker kado sama Icu, Omah dan Ayu karena
sama-sama ulang tahun di bulan Januari (kecuali Ayu di bulan Juli), akhirnya gw
minta mereka untuk beliin gw trilogi novel Dilan, yaitu Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990, Dilan Bagian Kedua: Dia adalah
Dilanku Tahun 1991 dan Milea: Suara dari Dilan. Alhamdulillah barusan
selesai baca tiga novel tersebut. Perlu waktu sekitar 1 minggu untuk nyelesein
bacanya, karena banyak dipotong kegiatan lain. Begitu baca novelnya, entah
kenapa tiba-tiba jadi pengen bikin review
dan postingan inilah hasilnya.
Novel Dilan, Dilan #2 dan Milea |
Review ini bersifat sangat
subjektif. Jadi kalau ada yang berpendapat lain, silahkan saja. Tapi harus
tetap saling menghargai ya. Selain itu review
ini juga SPOILER ALERT! Jadi kalau ada yang belum selesai baca novelnya
dan gak mau tau gimana ending-nya,
mendingan gak usah dibaca dan baca postingan yang lain aja hehe..
To sum up, trilogi novel
Dilan ini bercerita tentang kisah cinta Dilan dan Milea saat mereka masih SMA
di Buah Batu, Bandung. Novel Dilan dan Dilan #2 itu diceritakan dari sudut
pandangnya Milea, sementara Novel Milea itu diceritakan dari sudut pandangnya Dilan.
Ketiga novel tersebut menggunakan sudut pandang orang pertama. Konsep penulisan
novelnya sih menarik, gw suka.
Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990
Novel Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990 diawali dengan perkenalan
Milea sebagai sang tokoh utama. Kisah cinta Milea dan Dilan yang diceritakan
merupakan kenangan masa lalu dari sudut pandang Milea.
Novel ini menceritakan bagaimana cara Dilan melakukan pendekatan ke
Milea. Honestly, pendekatan yang
dilakukan itu emang gak biasa banget. Dimulai dari pura-pura ngeramal Milea di
jalan menuju sekolah, tiba-tiba datang ke rumah Milea untuk ngasih undangan
masuk sekolah, nganterin Milea pulang naik angkot karena takut ada yang gangguin
Milea, malem-malem ke rumah Milea pura-pura jadi utusan kantin, ngasih cokelat
yang diantarkan oleh orang dengan berbagai profesi hahaha.. Pokoknya banyak
banget, gak bisa disebutin satu per satu. Gw pun yang baca ikut senyum-senyum
sendiri hahaha..
Hal yang gw sadari dari Dilan adalah dia laki-laki yang bisa
menghargai dan melindungi perempuan. Dilan juga suka sastra, karena itu dia
bahasanya agak baku dan lebih puitis dari kebanyakan pria lainnya. Meskipun
kalau menurut gw, “gombalannya” ke Milea itu a little bit too cheesy dan kadang agak jayus juga.
Hal yang gw gak suka dari Milea adalah saat dia masih berstatus
pacaran sama Beni dan masih tetap ngeladenin Dilan. Hmm.. gimana ya, Milea jadi
terkesan sedikit ‘player’. Kejadian
di Jakarta itu meskipun menyakitkan tapi hikmahnya bisa bikin Milea putus dari
Beni, walaupun si Beni masih tetep ngedeketin Milea untuk ngajak balikan.
Hal utama yang bikin gw pengen nulis review adalah gw suka banget sama kedua orang tuanya Milea dan
Dilan. Pikiran mereka sangat terbuka dengan kondisi Milea dan Dilan. Gw agak
sedikit kaget sih melihat Milea atau Dilan yang bisa terang-terangan dekat satu
sama lain di depan orang tua mereka. Hahaha.. maaf ya gw norak, maklum dulu
jaman sekolah gw gak dibolehin pacaran sama orang tua. Jadinya sampai sekarang
agak canggung gimana gitu kalau ngebahas tentang cowok yang lagi dekat (emang
ada?) di depan orang tua.
Konflik di Novel Dilan ini diawali dari Milea yang menurut gw a little bit too panic karena ketauan
Dilan pergi berdua sama Kang Adi. Perasaannya lagi karuan gak enak ditambah
Anhar dan Susi yang ngajak berantem di Warung Bi Eem. Kalau ditanya salah
siapa, gw sih menyalahkan Anhar yang ringan tangan. Mungkin memang si Anhar
merasa Dilan jadi agak jauh ke temen-temennya semenjak deket sama Milea. I can feel him, tapi gak perlu sampai
nampar Milea juga sih. Akhirnya Dilan jadi mukulin Anhar karena udah nampar
Milea, menurut gw sih wajar kalo Dilan jadi marah banget gitu.
Novel Dilan ini diakhiri oleh Milan dan Dilan yang akhirnya resmi
pacaran dan tanda tangan di atas materai. Mengutip sedikit kalimat di novelnya,
“Dilan dan Mileanya lagi sibuk pacaran,
berdua di atas motor CB 100, mengarungi Jalan Buah Batu di bawah naungan awan
yang mendung”. Akhirnya status mereka resmi jadian juga haha..
Dilan Bagian Kedua: Dia adalah Dilanku Tahun 1991
Novel Dilan #2 ini time frame-nya
bener-bener langsung ngelanjutin dari Novel Dilan, maksudnya cerita awalnya
dimulai dari setelah mereka jadian, saat mereka lagi pacaran berdua naik motor
berdua dan hujan turun. Di bagian awal, masih nyeritain gimana Milea yang
seneng banget waktu denger Wati dan Piyan cerita tentang Dilan. Pokoknya di
bagian awal Milea sama Dilannya masih lovey
dovey lah.
Konflik dimulai saat Milea denger bahwa Dilan mau balas dendam ke
orang yang udah keroyok Dilan. Sebagai seorang perempuan yang tau kalau
pacarnya mau berantem itu pasti langsung panik sih. Tapi gw agak sedikit gak
setuju saat tiba-tiba Milea ngancam putusin Dilan kalau Dilan tetap jadi balas
dendam.
Konflik terus terjadi saat Milea tau Dilan ditangkap polisi dan
akhirnya dipecat dari sekolah. Rasanya saat itu Milea jadi orang yang paling
sedih sedunia. Lagi-lagi gw salut sama kedua orang tuanya Milea dan Dilan.
Mereka bisa menyikapi masalah tersebut dengan cukup tenang. Kalau di dunia
nyata, pacar kita ditangkap polisi dan dipecat dari sekolah pasti orang tua
kita langsung ngelarang ketemu lagi kan sama pacar kita itu. Tapi di novel ini
gak. Kedua orang tua mereka itu tetap positive
thinking dan menurut gw itu adalah hal yang luar biasa sebagai orang tua.
Meskipun Milea dan Dilan masih tetap jadian, tapi sikap Milea mulai
membatasi Dilan untuk bergaul sama teman-teman geng motornya. Gw lagi-lagi
sedikit merasa gak setuju sama Milea. Padahal wajar aja sih kalau Milea
ngelarang Dilan, karena dia khawatir kalo Dilan kenapa-kenapa. Tapi gak perlu
terlalu berlebihan juga.
Tiba-tiba ada kabar bahwa Akew meninggal karena dikeroyok orang yang
gak dikenal. Ketakutan, kecemasan dan kekhawatiran Milea pun sudah sampai pada
puncaknya. Saat itu dia benar-benar marah ke Dilan dan akhirnya bersikap dingin
ke Dilan supaya Dilan bisa berubah. Sampai akhirnya Milea udah gak bisa menahan
dirinya untuk marah ke Dilan dan Milea pun putusin Dilan. Kalau menurut gw sih,
pikirannya Milea terlalu overwhelmed with
worries ke Dilan.
Setelah mereka putus pun, sisa novel itu dipenuhi oleh Milea yang
rindu sama Dilan. Semua yang baca pasti bisa tau bahwa Milea segitunya mencintai
Dilan. Bahkan beberapa tahun berlalu pun masih mencintai dan rindu pada Dilan. Kisah
cinta yang begitu romantis pun berakhir.
Milea: Suara dari Dilan
Seperti yang sudah dibilang sebelumnya, novel Milea ini merupakan
sudut pandang dari Dilan. Di awal Dilan menceritakan tentang keluarganya dan
juga teman-temannya yang gak diceritain di novel Dilan dan Dilan #2.
Dilan pun sebenarnya segitunya mencintai Milea. Tapi begitu konflik
mulai muncul, Dilan merasa bahwa dia dikekang oleh Milea karena terlalu banyak
dibatasi. Saat Akew meninggal, sikap Milea malah jadi sangat dingin ke Dilan.
Padahal saat itu Dilan lagi butuh dukungan emosional dari Milea. Tapi saat itu
Milea terlalu overwhelmed dengan
pikirannya sendiri sampai-sampai dia gak bisa ngertiin perasaannya Dilan yang
begitu sedih karena Akew pergi untuk selamanya. Setelah itu pun Milea masih
terus ngehindarin Dilan.
Teman-temannya Dilan pun merasa setelah Dilan dekat dengan Milea,
Dilan jadi berubah dan terkesan Milea juga ngatur-ngatur Dilan. Saat Dilan
putus dengan Milea, Dilan pun sama, selalu merasa rindu ke Milea. Dilan ingin
memperbaiki hubungannya dengan Milea, tapi sikapnya Milea yang terlalu
berlebihan terkait geng motornya bikin Dilan jadi mengurungkan niatnya.
Padahal sebenarnya Milea sering telepon ke rumah Dilan. Tapi saat itu
Dilan ngiranya Milea udah pacaran lagi sama orang lain dan memilih untuk
menjauh dari Milea. Saat pemakaman ayahnya Dilan, Milea juga melihat ada orang
di samping Dilan dan mengira itu pacarnya Dilan. Akhirnya salah pahamlah mereka
berdua. Dilan pun akhirnya pacaran dengan Cika. Meskipun gak diceritain sih
detailnya gimana dia bisa jadian sama Cika.
Di novel Milea ini, Dilan menceritakan bahwa saat masih kuliah dia
beberapa kali ketemu dan teleponan sama Milea. Milea juga cerita di Novel Dilan
#2, tapi lengkapnya ada di Novel Milea ini. Karena hal itu lah, Dilan jadi
sadar bahwa selama ini ada kesalahpahaman antara Milea dan Dilan. Kalau
kesalahpahaman itu gak ada, mungkin saat ini Dilan masih bersama dengan Milea.
Tapi apa daya, saat itu Milea udah bersama Mas Herdi dan Dilan pun udah bersama
Cika. Mereka pun sama-sama menyayangi pasangan mereka masing-masing. Dilan pun
akhirnya berdamai dengan masa lalunya dan menerima bahwa Milea sekarang hanya
tinggal kenangan.
Mengutip beberapa kalimat di akhir novelnya, kata-kata dari Dilan untuk Milea:
“Lia, di mana pun kau berada.
Aku tahu bukan itu yang kita harapkan, tapi itu adalah kenyataan. Ini bukan hal yang baik untuk merasakan sebuah perpisahan, tapi sekarang bagaimana caranya kita tetap akan baik-baik saja setelah itu. Menerimanya dengan ikhlas, akan menjadi lebih penting dari pada semuanya.
Rasa sedih jika ada, itu harus berbatas untuk memberi peluang munculnya harapan pada hari-hari berikutnya, mengejar impian dan meraih kebahagiaan bersama seseorang yang dapat menghabiskan sisa hidup kita dengannya. Mudah-mudahan kita kuat, ya Lia, sekuat Kehidupan, Cinta dan Pemahaman. Rasa sedih dan kegagalan tidak selalu berarti kekalahan.
Dan sekarang, yang tetap di dalam diriku adalah kenangan, di sanalah kamu selalu.
Terima kasih, Lia. Terima kasih dulu kau pernah mau.”
Ending-nya sedih, karena
semua mengharapkan Milea dan Dilan akan terus selalu bersama sampai jadi
kakek-nenek. Tapi, begitulah realita. Gak semua yang diharapkan bisa menjadi
nyata. Rasanya lagunya Ariana Grande yang Almost
is Never Enough itu pas banget sama kondisinya Dilan dan Milea.
“Almost, almost is never enough
So close to being in love
If I would have known that you wanted me the way I wanted you
Then maybe we wouldn't be two worlds apart
But right here in each other's arms
And we almost, we almost knew what love was
But almost is never enough”
Rasanya nyesek sih ya. Tapi apa lagi yang bisa dilakuin? Saat itu
mereka masih remaja yang masih belum bisa menentukan mana hal yang sebaiknya
dilakukan. Saat ini pun mereka sudah memiliki pasangan masing-masing. Mereka
berdua udah sampai di point of no return.
Udah gak ada yang bisa dilakuin. Harus bisa berdamai dengan masa lalu masing-masing
dan melanjutkan kehidupan.
Overall, novel ini cukup
bagus kalau menurut gw dan cukup bikin book
hangover habis bacanya. Gw biasanya
baca novelnya Tere Liye dan baru kali ini baca novelnya Pidi Baiq.
Yaudah deh kalo gitu, selamat membaca! :)
Milea dan Dilan |
Comments
Post a Comment