Skip to main content

Short Escape to Ora

Sebelumnya mohon maaf lahir batin dulu nih, di antara postingan traveling ASEAN yang gak kunjung kelar ditulis malah nongol postingan traveling ke tempat lain. Habisnya masih fresh from the oven sih, jadinya semangat nulis postingannya masih menggebu-gebu (siapa suruh nulis postingan ASEAN-nya ditunda, jadinya gak kelar-kelar) (-__-“)

Baiklah.. mari dimulai postingannya haha..

Entah sebelumnya udah pernah cerita atau belum, gw ada kerjaan monitoring Amdal di CITIC Seram Energy Ltd. Lokasinya di Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur. Monitoring ini tiap enam bulan sekali, yaitu bulan Mei dan November. Nah monitoring Semester 2 ini baru banget dilakuin, dari tanggal 3 – 10 November 2016, makanya masih segar banget di ingatan #lebay haha..

Jadi intinya ada waktu kosong pas hari Selasa, 8 November dan ngerencanain buat jalan-jalan ke Ora. Gw sendiri sih sebenernya antara percaya gak percaya mau jalan-jalan ke Ora. Habisnya dari dulu wacana mulu mau ke sana dan akhirnya gak pernah jadi. Tapi kali ini alhamdulillah bukan sekedar wacana haha.. Oh ya, anggota tim yang berangkat semester ini itu ada Mbak Endang, Kang Afri, Ibnu dan gw.  

Kami berempat dan Pak Dedi sebagai supir mobil yang biasa disewa, berangkat sekitar jam setengah tujuh pagi dari Wayhul. Jarak yang akan ditempuh sekitar lebih dari 200 km dan estimasi waktu sampai di Ora itu sekitar 4 – 5 jam.

Finally berangkat ke Ora, Kang Afri gak ikutan foto karena gelap foto dari depan

Seperti biasa, perjalanan pergi tuh rasanya lama banget. Jadi sepanjang jalan tuh kalo gak tidur, dengerin lagu daerah Ambon yang disetel Pak Dedi, ngobrol ngalor-ngidul dan liat pemandangan sepanjang jalan. Kami ngelewatin desa yang namanya Jakarta Baru dan juga daerah Kampung Bali. Sesuai namanya, Kampung Bali itu sebagai besar diisi orang Bali, jadinya ada beberapa kebudayaan khas Bali yang bisa diliat selagi melintas kampung Bali. Salah satunya adalah adanya beberapa pura. Fotonya ada di kamera Mbak Endang, tapi belum sempet di-copy haha.. #gakguna (-__-“)

Di sepanjang Jalan Lintas Seram, lagi ada banyak proyek pembangunan jembatan. Ada yang jembatannya panjang, dan ada juga yang pendek cuma berapa meter. Di Kawasan Taman Nasional Manusela juga lagi ada pembangunan jembatan dan cukup panjang. Emang sih kayanya ada banyak anak sungai gitu, tapi cenderung kering pas musim kemarau.

Konstruksi jembatan di Kawasan Taman Nasional Manusela

Selain itu, di sepanjang jalan itu kami ngelewatin banyak hutan. Rasanya beda banget begitu udah masuk ke Kawasan Taman Nasional Manusela, hutannya lebih lebat, pohonnya lebih tinggi, daun-daunnya lebih rimbun dan somehow jadi lebih gelap. Fiuuh.. serem sih kalo lewat malem-malem, gak ada lampu jalan soalnya.

Setelah lewat Desa Wahai, jalannya lagi-lagi melintasi hutan. Tapi jalanan ini jauh lebih serem lagi, soalnya banyak jalan yang rusak. Kemungkinan besar sih rusak karena longsor, karena kalo liat dari aspalnya sih tanahnya geser. Udah gitu di sisi kanan dan kiri jalan tuh banyak pohon tinggi yang tumbang, juga mungkin karena longsor. Rada deg-degan juga pas lewat situ. Makanya di Ora-nya nanti gak lama-lama biar pulangnya gak kemaleman pas lewat jalanan itu.

Sekitar jam 11, kami sampai di Desa Sawai. Desa Sawai itu lokasinya terpencil dan dikelilingi gunung karst. Setelah parkir, Pak Dedi langsung nunjukin jalan ke rumah saudaranya yang nyewain perahu untuk ke Ora. 

Desa Sawai dan gunung di sekelilingnya

Hidayah - Mbak Endang - Pak Dedi - Ibnu - Kang Afri yang lagi nungguin perahu ke Ora

Perjalanan naik perahu ke Ora itu sekitar 15 menit tapi pemandangannya Masya Allah indah banget!! Gunung Karst yang tinggi dikelilingi lautan berwarna gradasi turquoisetosca – biru. Lautnya juga jernih banget jadi karang-karang di bawahnya bisa keliatan.

Perpaduan antara gunung dan laut

Pantai Ora-nya udah keliatan

Begitu sampe di Ora, langsung ngeliat cottage di atas laut yang sering ada di Instagram. Oh ternyata ambil momennya dari situ hhmm.. jadi tau deh haha.. #ngomongsendiri

Mainstream picture of Ora Beach taken by me

Pose ala-ala jaman sekarang

Saat itu, lagi sepiiii banget. Kayanya cuma ada kami dan beberapa turis lokal lainnya. Jadinya puas keliling-keliling dan gak ada orang lain yang di-capture sebagai latar belakang haha.. Tapi cuacanya juga panas banget! Datengnya pas tengah hari bolong sih ya, jadi wajar aja haha..

Panorama di Pantai Ora

Cottage laut di Pantai Ora

Tumben selfie hahaha.. gapapa lah ya mumpung di sana

Masuk jam makan siang, Mbak E pesen ikan bakar dan colo-colo sebagai menu makan siang. Habis panas-panasan coba foto panosphere dari dermaga, trus masuk ke restoran tuh rasanya mendadak jadi adem banget. Material bangunannya kayu sih ya, jadi wajar aja. Setelah menunggu cukup lama, makanan pun datang. Porsi nasinya banyak banget, jadinya gw gak abis makannya.

Ikan bakar, tumis buncis dan colo-colo

Makan siaaaang..

Setelah makan, gw ganti baju buat mainan air. Kang Afri sama Ibnu udah duluan ke pantai. Kang Afri emang dari tadi udah gak sabar pengen mainan air. Ibnu katanya males nyebur jadi cuma main air di pantai dan sibuk ngambilin pasir pantai sampai 3 botol. Gw begitu udah di pantai, tiba-tiba jadi gak mau basah-basahan. Mendadak galau, padahal semua perlengkapannya udah dibawa. Akhirnya cuma berani basah ampe sebatas paha aja deh hahaha.. Kalo Mbak E mainan airnya sebatas betis aja haha..

Pemandangan dari tempat mainan air

Mainan air di pantai

Di pantai tempat kami main air tuh kaya ada semacam broncaptering gitu, dari mata air yang ada di gunung. Trus tiba-tiba gw kepikiran tentang sistem penyediaan air minum buat daerah sekitar situ. Efek kerja di konsultan air minum haha..

Gak lama main air dan dirasa udah cukup jalan-jalannya, akhirnya kita pulang deh. Di perjalanan naik perahu ke Desa Sawai, kami sempet ngeliat kura-kura di deket perahu. Udah gitu ngelewatin daerah yang ada banyak ubur-uburnya. Banyak banget!! Langsung ngeri gitu bayangin kalo jatuh ke situ. #jangansampe

Sebagian ubur-ubur yang berhasil diabadikan

Setelah ganti baju dan sholat di masjid Desa Sawai, kami pun pulang. Berangkat dari Desa Sawai sekitar jam 3 sore. Kang Afri bilang ke Pak Dedi supaya nyetirnya santai aja, soalnya kan perjalanan pulang dan kami juga tau kondisi jalan yang bakal dilewatin itu juga banyak yang rusak, biar selamat aja ampe Wayhul.

Seperti biasa lagi, perjalanan pulang itu rasanya lebih cepat ya. Tau-tau udah sampe di Taman Nasional Manusela. Akhirnya kami berhenti dulu bentar biar bisa foto di depan kawasan Taman Nasional Manusela. Pas perjalanan pulang ini, jadi lebih banyak ngobrolnya.

Taman Nasional Manusela

Mataharinya mau terbenam

Setelah matahari terbenam, kondisi jalanan tuh bener-bener jadi gelap, apalagi pas lewat hutan. Sama sekali gak ada lampu penerangan jalan. Udah gitu karena daerah yang dilewatin abis hujan, jadinya ada kabut. Tapi udah masuk daerah Seram Bagian Timur sih, jadinya bentar lagi sampe. Setelah melewati DPRD SBT dan Kota Bula, akhirnya sampai juga di Wayhul. Kalo gak salah sampenya sekitar jam 7 malam. Habis itu langsung pamit ama Pak Dedi juga, karena hari terakhir nyewa mobil.

Alhamdulillah ya jalan-jalan ke Ora-nya bukan wacana. Jadi nambah daftar tempat wisata yang udah didatangi, punya foto buat ganti DP whatsapp dan juga punya foto buat pamer di instagram #astagfirullah haha.. Efek lainnya muka jadi merah dan rada lebih gelap sih haha..

Alhamdulillah bukan wacana

See you di postingan selanjutnya ya.. semoga gak males nulis postingan tentang ASEAN haha.. 

Comments

Popular posts from this blog

Itinerary and Budget South Korea Trip [May 2016]

Setelah sepuluh postingan sebelumnya itu menceritakan tentang kejadian apa aja yang terjadi selama perjalanan gw, Nono dan Anita di Korea Selatan pada tanggal 1 – 10 Mei 2016, kali ini gw akan memposting mengenai keseluruhan itinerary kita dan juga budget gw selama traveling kemaren. Sebelum liat itinerary aktual kita pas di Korea Selatan, ini gw kasih liat itinerary yang kita rencanain sebelum berangkat: ( please click and then  open image in new tab  for bigger resolutions ) Rencana Itinerary di Korea Selatan

My Personality Test Result

I tried this personality test on  http://personality.visualdna.com/ I am a Harmonizer . Harmonizer means a mediator who brings one thing into harmonious agreement with another. Spirit: You're a Harmonizer. Loyal and honest, you're generous with your time and know how to support your friends. You value one-on-one time with your inner circle and have a few close friends who you can truly rely on. Reliable and trustworthy, you seek harmony and balance in your life. You forge strong, long-lasting friendships, and your friends value your honesty and frank opinions. You tend to value routine and security. You know how to take the good with the bad. Your balanced attitude means life feels pretty good and you're comfortable in your own skin.   When it comes to improving things in your life, why would you say no to extra cash? It would be great to treat the family whenever you feel like it. The trick is to be disciplined about budgeting. If you...

Beberapa Hambatan Menuju Kebahagiaan

 Menunda Kebanyakan orang tidak berhasil di dunia ini karena selalu menunda-nunda apa yang seharusnya diselesaikan. tampaknya ada suatu suasana "nikmat" dalam penundaan ini, semakin sering menunda sesuatu, semakin terasa kurang bertanggung jawab. Setelah bertumpuk-tumpuk, barulah terasa berat dan kemudian mencari-cari dalih yang membenarkan dirinya. Malas Kemalasan bukanlah warisan. Seorang pemalas melihat pagi hari dengan berbaring di tempat tidur seraya memperhatikan berkas cahaya pagi yang menembus jendela, memperhatikan siang hari dengan keluh kesah bahwa matahari terlalu terik sehingga melelahkan badannya, menatap senja dengan mengatakan bahwa di sumur ada hantu gentayangan. orang yang tekun bekerja menyambut subuh dengan keriangan yang menyibukkan serta merasakan keramahan senja dengan kesibukan yang bermanfaat untuk masa depan. orang malas lebih banyak berlindung di balik selimut dari pada menikmati kehidupan yang sesungguhnya dari berbagai corak, menghindarkan diri...

Choices

Everyday I'm kinda stuck in this "choice" thing. It seems just a trivial matter. The choice is about which route should I take to go home? For me, it's not a trivial matter. Why? Let me tell you the background story. In some previous posts, I think I've told you that I have a new job in a consultant. The office located in Ampera Street. This is not a very well known street, so that I just tell everyone that asks that I work in Pejaten. The first route that I took to reach this place is via commuter line to Pasar Minggu Station and then ride the public transportation car no. 36 to Ampera Street. It feels so far from home. It takes 2 hours to go to the office and 2.5 - 3 hours to go back home!! It seriously drives me crazy!! Believes it or not, this route even makes my emotion unstable in the first month of working! Like I've spend too much time on the road! Finally several months later, actually when I got back after my training in Yogyakarta, my cowor...