Haaaiiiii!!
Apa kabar kawan? Long time no see~ Seperti yang sudah dijanjikan sebelumnya,
postingan ini tentang perjalanan (kerja) ke Pulau Maratua. Yeaaay.. p(^O^)9
Untuk
yang belum tau, saat ini gw bekerja di sebuah konsultan lingkungan. Gw
ditempatkan di bagian AMDAL. Meskipun gaji yang gw terima gak sebesar
teman-teman gw yang lain, tapi gw sangat bersyukur dengan pekerjaan ini. salah
satunya karena ada perjalanan ini :))
Tim
survey AMDAL Bandar Udara Maratua ini berangkat tanggal 5 September 2013. Tim
survey ini terdiri dari Bu Yulis (Ketua Tim AMDAL), Mbak Endang (Tenaga Ahli
Fisik – Kimia), Pak Tris (Tenaga Ahli Biologi), Pak Dindin (Tenaga Ahli
Sosial), Pak Dedy (orang UNILAB) dan gw (Koordinator Survey). Jobdesk gw adalah
koordinator survey dari sisi keuangan. Seluruh urusan keuangan pada saat survey
itu jadi tugas gw. Gw juga bertugas untuk bantuin Pak Dindin untuk wawancara
penduduk sekitar terkait proyek ini. Selain itu, gw juga yang mengumpulkan data
kesehatan dari setiap pusat kesehatan kampungnya. Jadi gw cukup banyak kegiatan
di sana :)
-05
September 2013-
Kami
terbang dari Bandara Soetta kurang lebih jam 06.00. Well, it’s my first flight.
Gw gak bisa tidur di pesawat. Jadi yang gw lakuin adalah foto pemandangan
langit dari jendela di sebelah kiri gw. Rasanya luar biasa ya terbang di atas
awan. Alhamdulillah. Entah kenapa, rasanya perjalanan naik pesawat itu gak
terasa lama lho. Tiba-tiba kami udah sampe aja di Bandar Udara Sepinggan,
Balikpapan. Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya kami pun melanjutkan
perjalanan udara menuju Bandar Udara Kalimarau, Berau. Di pesawat yang kedua
ini, gw duduk sama Pak Dindin. Akhirnya TW-TW sekitar AMDAL. Saat ini juga gak
lupa untuk foto-foto langit di sebelah kanan gw. Oh ya, dari langit tuh
terlihat gradasi warna lautnya lho. Bagus deh. Sayang rada mendung jadinya agak
gelap.
Langit Borneo |
Setelah
tiba di Bandar Udara Kalimarau, kami makan siang sejenak lalu melanjutkan
perjalanan darat dengan mobil selama 2 jam. Selama 2 jam ini, jalanannya itu
kayak jalanan puncak. Entah yang naik - turun, belok kanan – kiri, dan gw pun
jadi mual -___-
Gw
menyiasati mual ini dengan mendengarkan musik dan tidur. Dan siasat gw pun
berhasil. Saat bangun udah sampe di Pelabuhan Tanjung Batu. Setelah ke kamar
mandi sebentar, langsung menuju speedboat dan mulailah mengarungi Laut
Sulawesi. Seru deh. Ada saat di mana air laut di bawah lo warnanya jadi biru
muda dan lo bisa lihat ke dalamnya. Bagus!!
Perjalanan
laut ini seharusnya selama 2 jam. Tapi karena bahan bakar abis jadinya sempat
mengambang gitu aja di Laut Sulawesi ini. Hampir selama 30 menit. Karena
ombaknya, gw jadi pusing lagi. Gw udah pasrah aja. Toh gak ada yang bisa gw
lakuin saat itu. Jadinya pasrah aja dan berdoa semoga bantuan cepat datang.
Akhirnya bantuan datang dan speedboatnya ditarik menuju pulau terdekat, yaitu
Pulau Derawan. Abangnya gak berani narik sampe Maratua. Karena itu udah sore
juga. Sekitar jam 17.30an WITA lah. Pas lagi ditarik, ketemu sama Kapal Pak
Camat yang mau balik ke Pulau Maratua. Akhirnya kami jadi numpang Kapal Pak
Camat dan perjalanan pun berlanjut. Tapi saat berlanjut ini, udah gelap gitu
lho. Dari pada gak ada kerjaan, gw tidur aja deh haha..
Setelah
perjalanan yang melelahkan, akhirnya tiba juga di Pulau Maratua. Yeaaay!! Kesan
pertama gw: GELAP! Iya lah, secara di sana gak ada listrik at all. Tapi pas gw
lihat ke langit, subhanallah banget bintang-bintang’a. banyak dan luar biasa
banget. Saat jalan di dermaga, senter pemandunya gak sengaja ke arah laut dan
keliatan jernih banget boy. Kyaa.. jadi excited sendiri. Tapi, ternyata
kopernya Mbak Endang ketinggalan di speedboat pertama. Gak ada yang sadar dan
gak ada yang hitung jumlah koper keseluruhan juga. Saat itu Mbak Endangnya lagi
pindah ke speedboat yang narik speedboat mogok. Akhirnya selama beberapa hari,
Mbak Endang pinjem baju gw dan Bu Yulis deh. Oh ya, malam ini kami nginep di
Teluk Harapan.
Keesokan
harinya, setelah sarapan pagi, kami memulai tugas kami masing-masing. Pak Tris,
Pak Dedy dan Mbak Endang nunggu kapal domping yang akan mengangkut mereka dan
semua barang bawaan kami ke Kampung Payung-payung. Sedangkan Bu Yulis, Pak
Dindin dan gw bertugas untuk wawancara dan ngambil data di penduduk sekitar. Gw
dan Bu Yulis pergi ke Kantor Kecamatan Maratua. Karena gw harus ke Puskesmas,
gw pun izin pergi ke Puskesmas yang ada di depan Kecamatan. Haha.. deket banget
emang.
Setelah
minta data tentang 10 penyakit yang paling sering diderita masyarakat,
ngobrol-ngobrol sebentar dan pamit untuk balik lagi ke Kecamatan. Setelah itu
gw diminta Bu Yulis untuk survey jalanan di Teluk Harapan. Akhirnya dengan
dibonceng salah satu pegawai Kecamatan, gw pun berkeliling kampung. Gw ke
dermaga yang mau ke Teluk Alulu, menyusuri jalan aspal yang ke arah Teluk
Alulu, dan tempat lainnya. Karena tidak terlalu besar, gw rasa gw udah keliling
semua daerah pemukimannya. Setelah balik, gw pesen makan siang. Karena
makanannya lama, akhirnya gw pun berkeliling kampung lagi dengan berjalan kaki.
Objek foto gw kali ini adalah gardu induk pembangkit listrik tenaga surya dan
sanitasi masyarakat sekitar.
Setelah
makan siang, kami pun beranjak pergi ke dermaga untuk menyebrang ke Teluk
Alulu. Rasanya gak bisa cuma duduk diam di kapal domping, alhasil gw foto-foto
sama Bu Yulis, karena ternyata Beliau cukup narsis juga hehe.. Karena kapalnya
gak terlalu tinggi, saat gw mengeluarkan tangan ke luar kapal, gw bisa langsung
merasakan air laut. Menyenangkan!
Gak
terlalu lama, akhirnya kami tiba di Teluk Alulu. Saat di dermaga gw cukup shock
karena ada jamban di dermaganya. Lalu kami berjalan menuju rumah Kepala Kampung
untuk meminta izin dan wawancara. Di sini gw mengambil beberapa kuisioner dan
kembali izin untuk mengunjungi Pustu (Puskesmas Pembantu). Karena letaknya
jauh, gw dianter sama salah satu warga yang ikut berkumpul di rumah Kepala
Kampung. Saat gw lewat, semua orang gak mungkin gak merhatiin gw. Gw hanya bisa
tersenyum dan mengeluarkan kata-kata andalan “Permisi Pak, Permisi Bu”. Setelah
sampai di Pustu, gw ketemu sama perawatnya dan meminta data. Selain itu,
bidannya juga sempat gw wawancara. Pas mau pulang, mata gw gak bisa lepas dari
indahnya laut yang ada di dekat Pustu. Dengan sedikit gak tau malu, gw minta
tolong untuk fotoin gw. Dan hasilnya adalah foto yang jadi profile picture di
FB gw. :))
Hasil Narsis di Teluk Alulu |
Gw
pun kembali ke rumah kepala kampung, dan mulai berkeliling untuk jadi sasaran
wawancara. Gw juga gak lupa untuk foto sanitasi di sana. Kesan yang gw dapet
dari Teluk Alulu ini adalah menyedihkan. Di sana sama sekali gak ada sumber air
bersih. Masyarakat mengandalkan air hujan untuk minum dan kebutuhan
sehari-hari. Sumur yang digali di sana berupa air payau. Selain itu, di sana
gak bisa ditanami dengan sayuran. Jenis sayuran yang tumbuh hanya pucuk
singkong. Sehingga penduduk sana gizinya sangat tidak seimbang. Ada satu
instalasi pengolahan air laut menjadi air tawar. Instalasi ini menggunakan
tenaga surya untuk bisa beroperasi. Tapi karena belum pernah diuji hasil
pengolahannya, masyarakat di sana tidak mau menggunakan airnya. Selain itu, di
sana hampir tidak ada septic tank, alhasil jamban bisa terlihat di mana-mana.
Instalasi Pengolahan Air Laut Menjadi Air Tawar |
Beruntungnya
gw yang tinggal di ibu kota dengan segala fasilitasnya. Masih banyak masyarakat
di daerah perbatasan terutama, yang serba kekurangan. Kalo inget ini, gw jadi
harus banyak-banyak bersyukur atas apa yang gw miliki. Karena kalo segini aja
gak bersyukur, trus orang-orang yang ada di perbatasan sana gimana rasanya.
Pelajaran berharga yang harus selalu diterapkan.
Hari
mulai malam saat kembali ke Teluk Harapan. Air laut yang tadinya surut, kini
jadi pasang. Luar biasa ya dunia ini. Kami kembali ke homestay untuk menunggu
motor yang akan mengantar kami ke Payung-payung. Setelah motornya datang, kami
pun pamit pada pemilik homestay yang telah memperlakukan kami dengan baik.
Perjalanan
menuju Payung-payung pun dimulai. Sejujurnya gw ngerasa takut lho. Soalnya di
sana itu jalanannya gelap, udah gitu di kanan dan kiri jalannya itu hutan. Mana
mas-mas yang bawa motor sempet cerita2 serem gitu lagi. berdoa aja deh gw. Semoga
buruan sampe. Tapi selama di jalan, langit malamnya bagus banget lho. Lalu
akhirnya sampailah kami di Payung-payung, dan kami pun diantar ke homestay di
Payung-payung.
Keesokan
harinya, Pak Dindin bilang kalo ada banyak penyu di dekat dermaga. Gw pun mengambil
kamera dan ngajak Mbak Endang untuk jalan-jalan di dermaga. Daaaan.. emang
banyak penyu di sana. Gw kira penyunya kecil, tapi ternyata gede lho. Warna
lautnya jernih jadi penyunya bisa keliatan dari dermaga. Di bagian bawah
dermaga juga ada banyak kepiting kecil. Oh ya, dermaga ini dikenal juga sebagai
DPR. DPR itu kepanjangan dari Dermaga Pelepas Rindu. Kenapa? Karena di seluruh
kampung Payung-payung, cuma dermaga ini aja yang dapat sinyal. Jadi gak aneh
kalo sore dan malam hari, dermaga ini banyak dikunjungi oleh anak-anak muda.
Setelah
sarapan, petualangan kembali dimulai. Gw, Bu Yulis dan Pak Dindin pergi ke
Kampung Bohe Silian. Di perjalanan, kami melewati Teluk Pea. Teluk Pea ini
menghubungkan Payung-payung dengan Bohe Silian. Setelah sampai di Bohe Silian,
kami ke rumah Kepala Kampung terlebih dahulu. Kami di ajak ngobrol di bagian
belakang rumahnya yang berupa beranda dan langsung menghadap ke arah laut.
Bagus deh pokoknya. Di sini gw wawancara perawat Pustunya. Setelah itu gw
diantar keliling kampung. Gw juga gak lupa untuk cari mangsa buat diwawancara
hehe.. Orang di Bohe Silian ini ramah-ramah. Gw selalu disuguhi teh saat
wawancara.
Pemandangan Laut dari Bohe Silian |
Gak
beda sama Teluk Alulu, di Bohe Silian juga gak ada sumber air bersih. Mereka
hanya mengandalkan air hujan. Sumurnya berupa sumur payau. Gw sempet diajak
sama perawatnya untuk liat sumur payau tersebut. Hal lucu saat gw keliling
kampung adalah gw disangka bidan baru di pustu hehe.. Oh ya di Bohe Silian ini
ada pengrajin aksesoris gitu. sayangnya pas gw ke situ barang-barangnya udah
diangkut ke Tanjung Batu. Jadi gak ada yang bisa dibeli deh haha..
Sebelum
berpisah, gw pamit dulu sama perawat yang udah baik banget mau nganterin gw
keliling kampung haha.. Terus gw sama Pak Dindin hunting salah satu tokoh
masyarakat di sana. Tapi karena gak ada akhirnya pulang deh. Tapi sempet mampir
ke satu rumah lagi sih haha.. Dari percakapan Pak Dindin dan pemilik rumah, gw
jadi tau bahwa masyarakat Bohe Silian ini punya kebiasaan untuk tidak merebus
matang air minum mereka. Glek.. gw minum berapa gelas tadi!? Shock gw, tapi
tetep pasang poker face.
Pas
sampe di Payung-payung, Bu Yulis bilang gw ditunggu sama Bidan Pustu di
rumahnya. Buru-buru deh sholat dan berangkat lagi. Ternyata Bu Bidannya yang
bernama Bu Yuni dan suaminya udah nungguin di teras rumah dinas mereka. Jadi
mereka ini orang Jawa lho. Setelah nikah, mereka ikut tes CPNS di Kaltim dan
ditempatkan di Pulau Maratua. Saat ditanya kenapa mau ditempatin di situ,
suaminya bilang gak apa-apa yang penting berdua.. kyaaa.. gw yang masih jomblo
jadi galau TT__TT
Selama
wawancara, banyak info yang gw dapetin dari kedua narasumber gw ini. gak perlu
diceritain detail, tapi gw semakin bersyukur bahwa gw tinggal di Jakarta.
Setelah wawancara, gw ngobrol-ngobrol sama mereka berdua. Gak terasa waktu
berjalan begitu cepat dan udah hampir magrib, gw pun pamit pulang. Sebelum itu
Bu Yuni sempet bilang, cepet pulang sebelum dapat jodoh orang sini. Glek..
serem abis, tapi gw ngerti maksudnya. Malem itu gak ke rumah warga untuk
wawancara, jadi gw bisa istirahat.
Keesokan
harinya, giliran keliling Payung-payung untuk wawancara. Saat gw lagi wawancara
salah satu penduduk, temennya anaknya (?) pemilik homestay datang dan nungguin
gw. Katanya yang lain pada mau ke Pulau Kakaban jadi pada nungguin gw. Ternyata
beneran lagi nungguin gw, karena orangnya udah lengkap. Tapi masih nunggu makan
siang juga sih. Terus gw diceritain Bu Yulis kalo mereka nitipin pesen ke orang
yang jemput gw tadi untuk bilang kalo gw ditunggu suami gw. Hah!? Tapi ternyata
itu buat ngelindungin gw biar gak dideketin sama anak muda di sana.
Setelah
makan siang, kami pun berangkat menuju Pulau Kakaban. Perjalanannya cukup lama,
karena harus muterin Pulau Kakabannya dulu. Pas sampe di dermaga, karena
terlalu surut akhirnya terpaksa turun dan celana gw basah deh. Tapi seruuu!!
Karena gw gak bisa main air sebelumnya. Dan disana gak ada penyewaan alat
snorkeling juga. Jadinya cuma bisa melihat keindahan laut dari atas. TT__TT
Setelah
naik Ke Dermaga, sementara yang lain ngobrol dengan Kepala Kampung Payung-payung
yang ada di sana, gw turun lagi ke pantai sama Mbak Endang untuk ambil pasir
dan kulit kerang. Karena obrolannya masih lama, akhirnya gw sama Mbak Endang
izin untuk ke Danau Kakaban duluan. Setelah melewati track yang cukup
melelahkan karena naik turun, kami pun sampe di Danau Kakaban. Danau Kakaban
ini terkenal karena ada ubur-uburnya yang gak nyengat kalau dipegang.
Ubur-ubur di Pulau Kakaban |
Ubur-uburnya ini warnanya orange. Bentuknya mirip ubur-ubur yang ada di
Spongebob. Lucu deh. Tapi sediiiiiiiih banget karena gak bisa snorkeling di
sana. Kyaaaaa~~ rasanya pengen nekat aja berenang pake jeans dan kemeja gw.
Tapi gak mungkin lah ya. Setelah yang lain datang, nikmatin keindahan alamnya
sebentar, kami foto-foto dan kembali ke Payung-payung. Karena masih surut,
terpaksa harus jalan ke kapalnya. Gw sih gak masalah haha.. Pas kapalnya mau
jalan, keliatan kalo terumbu karangnya tuh jadi semakin dalam dan banyak ikan
berenang di situ. Sumpah itu indah banget!! Maaf mungkin penjelasannya gak
bagus, tapi itu tuh bener-bener indah. sayang banget gak sempet di foto. Dan gw
jadi semakin pengen snorkeling TT___TT
Setelah
sampe di Payung-payung, gw sama Mbak Endang menyusuri pantai untuk cari kerang
dan ambil pasir buat dibawa pulang. Semakin lama semakin banyak anak kecil yang
ngikutin. Disangka anak KKN, karena sebelumnya anak UGM KKN di sini. Setelah
makan malam, gw kembali berkeliling ke rumah warga dan dapat beberapa orang
untuk jadi narasumber. Saat kembali ke homestay, gw menyelesaikan masalah
administrasi dengan pemilik homestay. Setelah urusan administrasi beres, gw
berasa diwawancarain sama suaminya ibu yang masak buat kami. Ditanya orang
mana, umur berapa, dan udah nikah ato belum. Njir serem abis. Udah gitu pas gw
nanya masih ada yang ketinggalan gak terkait administrasi, Bapaknya nyamber
bilang yang ketinggalan itu no hp gw. Njir gw berasa mau dijodohin gitu. Buruan
kabur deh gw. -___-
Malamnya,
gw sempet kebangun karena hujan lebat dan juga angin yang kenceng. Alhasil
paginya, ombaknya rada tinggi gitu. kalo kata orang sana itu lagi gelombang dan
orang sana lebih baik di rumah dari pada nyebrang ke luar pulau. Tapi mau apa
lagi, emang harus pulang hari itu. sebelum pulang gw sempet pamit sama Bu Yuni
di Pustu. Setelah di dermaga, pamit sama pemilik homestay dan speedboat pun
melaju. Tapi ombaknya emang gede sih, speedboatnya tuh jadi agak gak stabil
gitu, jadinya punggung gw selama perjalanan selalu kena siraman air laut.
Cuacanya pun gak terlalu cerah, gw gak takut sih. Lebih ke pasrah aja. Jujur
emang perjalanan pulang ini menyeramkan. Pak Dindin di sebelah gw shalawatan.
Bikin makin pasrah aja. Terus gw inget Pak Dindin punya jas hujan, akhirnya gw
berdua sama Mbak Endang pake jas hujannya untuk ngelindungin diri dari
ombaknya. Habis dingin sih. Udah gitu di muka gw garem semua. Daripada khawatir
gak jelas, gw tidur deh tuh. Bisa-bisanya ya tidur haha.. tapi setelah bangun,
ternyata udah deket Pulau Derawan dan ombaknya udah lebih tenang gitu.
Lagi-lagi kami hanya melewati Pulau Derawan. Gak sempet mampir. Oh ya, gw mulai
dapet sinyal di sini, jadi gw langsung sms nyokap. Karena pasti khawatir ya gw
gak ada kabar beberapa hari. Karena Mbak Endang udah gak pake jas hujannya, gw
pake sendiri deh tuh. Ampun deh gw jadi berasa kayak di kapal penampungan
pengungsi. Kalo ada kapal yang lewat pasti pada ngeliatin gw. Ah bodo amat.
Dingin soalnya.
Akhirnya
tiba juga di Tanjung Batu. Baju gw basah semua, termasuk yang di bagian dalam
juga. Mobil yang jemput udah ada. Jadi masih dengan baju yang basah kami
berangkat menuju Hotel di Berau. Gw udah cerita kan ya kalo jalanannya itu
lebih parah dari jalanan puncak. Akhirnya gw dengerin musik dan tidur lagi di
perjalanan. Gak kerasa udah sampe di Hotel. Nama hotelnya itu Hotel Derawan
Indah. Setelah check in dan taruh koper di kamar, kami makan di restoran yang
di depan hotel. Karena kata Bu Yulis, makanan hotelnya kurang enak gitu.
Setelah
makan siang, gw, Bu Yulis, Mbak Endang dan Pak Dindin, jalan-jalan di Berau
untuk beli oleh-oleh. Pak Dedy dan Pak Tris kembali ke hotel. Di sana tuh
angkot fungsinya sama kayak taksi. Karena angkotnya bisa nganter lo kemana aja.
Gak ada trayek tertentu. tapi nunggunya lumayan lama. Setelah dapet angkot,
akhirnya kami pergi ke Jalan Milono. Jadi oleh-oleh yang terkenal di sini itu
jajanan malaysia, terutama Milo. Setelah beli oleh-oleh yang berupa jajanan
Malaysia, kami kembali lagi ke Hotel.
Kami
pun berkumpul lagi untuk makan malam. Kami makan di salah satu warung tenda.
Setelah makan, kami sempet makan satu duren di pinggir jalan, karena pada mau
makan duren gitu. Terus gw ngeliat ada toko souvenir gitu, akhirnya kami mampir
deh. Di sana gw beli gantungan kunci, sejenis kue coklat kacang, sama cincin.
Bajunya mahal, jadi gak beli deh. Pas di toko itu juga ketemu tim AMDAL lain
dari Jakarta. Mereka berencana ke Pulau Derawan besok.
Setelah
kembali ke hotel, kami kumpul untuk bertukar data yang dimiliki. datanya ini
berupa foto sih haha.. Setelah itu kembali ke kamar dan istirahat, karena semua
tenaga ahli (kecuali gw) pulang dengan pesawat pertama besok. Gw pulang
belakangan karena rencananya mau ke Dinas Kesehatan Kab. Berau dulu. Tapi
ternyata hari itu adalah pemilihan Gubernur dan semua instansi diliburkan. Kami
gak tau sebelumnya. Jadi gw pun dipesankan tiket yang berbeda.
Keesokan
harinya, semua tenaga ahlinya pamit sama gw. Karena gw pulang belakangan. Gw
pun cuma nganter sampe lobi hotel. Setelah taxinya berangkat, gw kembali lagi
ke kamar. Galau mau ngapain. Kalo tidur takut kebablasan dan gak dapet sarapan
dari hotel. Setelah ganti-ganti channel tv ratusan kali, akhirnya gw memutuskan
untuk nonton film di HBO. Filmnya seru tuh, judulnya Dream House kalo gak
salah. Terus gw sarapan sendiri di hotel. Hiks.. sedih banget gw kayaknya.
Pas
balik ke kamar, gw juga cuma guling-gulingan aja di kasur. Sumpah bete banget
gak ada kerjaan. Akhirnya setelah sholat zuhur, gw memutuskan untuk check out
dan berangkat ke Bandara. Padahal Pesawat gw baru terbang jam 3 an. Sampe supir
hotelnya bilang mau balik lagi aja ato gak. Tapi gak deh, dari pada gw gak ada
kerjaan. Akhirnya gw suruh pelan-pelan aja jalannya. Akhirnya sampe di Bandara.
Setelah ngucapin makasih ke supirnya, gw nuker tiket di loket Sriwijaya.
Sebenernya gw deg-degan, secara ini pengalaman pertama gw naik pesawat
sendirian. Kalo kemarin kan rame-rame jadi enak. Kalo sekarang gw rada norak
gitu. tapi tentu aja dengan pasang poker face. Abis check in yang rada lama, gw
makan siang. Pas makan gw rada bingung gitu, terminalnya di sebelah mana? Kok
gak ada orang. Ternyata terminalnya gak keliatan dari tempat gw makan siang
haha.. fool me.
Setelah
masuk ruang tunggu, gw rada takut soalnya tiba-tiba di luar hujan gitu. tapi
yang lain keliatannya tenang-tenang aja, jadinya gw ikutan tenang aja deh.
Saatnya boarding, gw baru tau kalo dapat snack di Sriwijaya. Udah gitu sebelum
take off, ditawarin permen gitu. Beda dengan pas gw ke Berau, sekarang gw dapat
kursi di tengah gitu. sebelumnya gw dapet kursi di barisan belakang. Enakan
duduk di belakang menurut gw. Habis kalo di tengah gitu, sayap pesawatnya jadi
keliatan kalo bergetar gitu. kan jadi parno gw. Duh maaf ya norak soalnya -___-
Pelangi di Langit Berau |
Gw
turun yang rada terakhir, trus gw liat kok sepi banget ya yang transit. Dengan
pengalaman yang sama saat gw transit mau ke Berau, gw langsung buru-buru karena
waktunya mepet banget sama boarding. Tapi ternyata sedikit delay. Nyesel gw gak
beli Roti Boy di Sepinggan #gakpenting. Trus waktunya boarding. Beda sama di
pesawat yang ke balik papan, pesawat ke jakarta ini sepi penumpang. Banyak
bangku yang kosong. Lagi-lagi gw kebagian di bagian tengah, tapi di sebelah gw
gak ada jendelanya, jadi gw rada tenang lah. Satu hal lagi yang bikin gw lebih
suka Sriwijaya dari Lion Air adalah mereka memberikan roti di perjalanan.
Selain itu In-Flight shopnya juga barang-barang gitu, bukan makanan. Di pesawat
itu gw gak bisa tidur. Mana ibu-ibu di sebelah gw goyang-goyangin kaki aja
lagi. bikin gw parno aja karena jadi kerasa goyang gitu.
Akhirnyaa..
Bapak Pilot ngumumin kalo bentar lagi landing, dan udah keliatan juga sih
lampu-lampu di bawah sana. Yeaaay.. bentar lagi sampe rumah. Setelah landing
dengan sempurna, akhirnya turun dari pesawat dan nunggu bis Sriwijaya. Gw
sedikit gak paham cara claim bagasinya, karena beda kan sama pas di Berau. Di
Berau kan bandaranya gak terlalu besar, jadi langsung keliatan bagasinya. Tapi
di Soetta kan beda. Ya udahlah gw ngikutin yang lain aja haha.. setelah lama
menunggu, conveyornya akhirnya jalan juga. Bagasi yang dinanti pun akhirnya
datang juga. Pas keluar, rame banget orang yang jemput. Rame Bapak2 Supir Taksi
juga. Gw hampir di tipu sama abang taksi tapi alhamdulillah gak jadi. Rencana
gw untuk beli Papa Buns pun gagal karena distraksi supir2 taksi ini. -___-
Setelah
milih taksi dengan harga yang masuk akal, gw minta si abangnya lewat belakang
aja. Tapi abangnya rada ogah-ogahan gitu. udah gitu rute yang dilewatin itu gak
sama kaya rute yang biasa gw lewatin pas ke bandara. Jadi makin sensi nih gw
sama abangnya. Dan ternyata si abangnya gak tau serpong. Alhasil dari BSD gw
yang nuntunin arahnya. Entah gw jadi kasian ato makin sensi ama abangnya. Setelah
sampe rumah, gw bayar dan terima kasih sama abangnya. Tetangga gw pun ngeliatin
gw yang baru pulang. Akhirnya selamat sampe rumah. Alhamdulillah
Demikian
cerita perjalanan survey ke Pulau Maratua. Maaf kalo gak jelas dan juga maaf
atas noraknya gw pas perjalanan pulang -__-
Oh ya, foto-foto yang lebih lengkap ada di FB yaa..
See
you later~
Hidaaay, seru banget kerjaan lo..
ReplyDeleteSelamat ya, udah dapet kerjaan yg menyenangkan gitu..
Emang lebih penting kepuasan batin sih daripada materil *sok bijak*
Kantor lo namanya apa day? asik banget bisa jalan-jalan gitu..
alhamdulillah whe :'))
ReplyDeletenamanya MKJ (Multi Karadiguna Jasa). Konsultan lingkungan gitu whe, ada air limbah sama air bersihnya juga. Gw kebagiannya di AMDAL hehe..
Inget ga Dermaga Pelepas Rindu itu klo abis maghrib gelap banget ga ada lampunya keknya takut banget ketempat itu eeh begitu nyalain senter sepanjang trestle (jembatan) orang-orang pada nelpon sambil jongkok....wkwkwkwkwk...(kebayang klo telpon-telponan diputusin pacar jadian ama sebelah)......
ReplyDeleteHuaaaa aku ga ikut ke Teluk Alulu ..malah narsis di Paradise Cotage...
Inget lah hahaha.. wah aku malah sama sekali gak ke Paradise :(
Delete